Kamis, 11 Desember 2008

Mundur, Honda Berpotensi Kehilangan Rp 1,64 T




Jakarta - Keputusan Honda mundur dari arena F1 mendatangkan konsekuensi serius. Bila tidak berhasil mendapatkan pemilik baru, pabrikan asal Jepang itu bakal kehilangan Rp 1,64 triliun.

Akibat krisis ekonomi yang tengah melanda dunia, pekan lalu Honda memutuskan keluar dari F1, ajang balap paling prestisius di dunia. Penyelamatan diupayakan dengan mencari pemilik baru --yang hingga sekarang belum didapatkan.

Namun ada efek samping dari semua itu. Para pakar industri di Inggris memperkirakan Honda menghadapi beban sebesar 100 juta poundsterling (Rp 1,64 triliun) terkait pengunduran dirinya itu.

Tim F1 Honda selama ini bermarkas di Inggris. Akibat pengunduran dirinya, Honda harus membayar paket kompensasi karena harus merumahkan sekitar 700 orang staf; dengan beberapa di antaranya adalah mereka yang berpenghasilan tertinggi di bidangnya.

Selain itu, Honda juga harus membongkar pabrik mereka yang sangat canggih dan berisi mesin-mesin berteknologi tinggi di kota Brackley, Northamptonshire. Kontrak-kontrak dengan belasan pemasok barang dengan demikian juga harus putus.

Semua itu belum selesai. Seperti diwartakan The Times, angka Rp 1,64 triliun itu tidak termasuk kompensasi yang harus dibayar kepada pembalapnya, Jenson Button, yang diperkirakan mencapai 24 juta pounds (Rp 396 miliar). Pembalap Inggris itu baru saja meneken perpanjangan kontrak untuk tiga tahun ke depan.

Di sisi lain, Honda juga kehilangan potensi pendapatan dari sejumlah sponsor potensial.

Perusahaan minyak Petrobras baru saja meninggalkan Williams dan berniat bergabung dengan Honda. Padahal kontrak dengan Petrobras bernilai sekitar 20 juta dolar AS (Rp 222 miliar) per tahun. Calon sponsor lain yang akhirnya batal adalah perusahaan elektronik Honeywell.

Namun semua kesulitan itu tidak mengurangi keyakinan Honda untuk menemukan pemilik baru. Chief Executive Nick Fry optimistis bahwa pemilik baru akan didapat sebelum akhir tahun ini.

Foto: Jenson Button hadir di markas Honda di Brackley, Northamptonshire, Inggris (REUTERS Picture)

Tidak ada komentar: